Bukan Aku tapi Dia
Cipta: Arisandy (Santri Dalwa)
Cipta: Arisandy (Santri Dalwa)
Rintik- rintik hujan membasahi jendela kamarku, kokokan ayam jago terdengar jelas ditelingaku, aku sadar dan bangkit untuk melakukan aktivitas subuhku, berharap kepadanya agar mengabulkan semua hajatku…
Terlihat dari jau
teman-teman kosku, juga bangun subuh itu, kosan yang hanya menampung lima orang
ini dengan dua tingkat, dengan warna hijau daun ditambah pagar yang tinggi
menjulang yang terletak dijalan raya apel.Masjid An-Nur semakin menambah
keistimeaan dan keindahan kos kami ini, apalagi Ibu Kos kami selalu
memerintahkan kami untuk sholat berjama’ah diMasjid….
Pagi-pagi ku berkemas mempersiapkan buku-buku pelajaran,
terengah-engah nafasku,,,Mengejar waktu yang sisa lima menit masuk kuliah”
Sandi cepat dong..! “lima menit lagi kuliah mau dimulai…belum lagi jarak kos
kita yang begitu jauh. Bisa-bisa Bu Pipit marah nih sama kita!.”teriak Kevin
kesal.
Kevin adalah Sahabat
terbaik ku,perkenalan kami ketika aku mendaftar di (UIN Malang) walau prodi
yang kami pilih berbeda tapi entah kenapa sejak saat itu kami mulai dekat.
Hingga Akhirnya dia mengajakku untuk ngekos di daerah sekitar malang. Yang
jaraknya agak jauh dari tempat kami kuliah…
“Ah…Ah..Ah.. gawat nih Kevin kita benar-benar telat ujarku dengan
tangan ditempel dikepala”, Masuklah…!!! Kenapa kalian telat? Ujar bu
Pipitdengan mimic wajah yang merah dan intonasi yang tinggi” ya sudah, lain
kali jangan begini lagi.
Ibu Pipit adalah
Guru termuda di UIN Malang dengan umur dua puluh lima ia sudah meraih gelar
Master,ia juga adalah dosen yang sering diperbincangkan di Kantin-Kantin
kuliah. Tubuhnya yang bagus, matanya yang tajam, membuat para lelaki baik
Mahasiswa maupun dosen tertarik dengannya namun sayang, ia bukan muslimah, tapi
ia adalah perempuan Kristen yang taat.
“ Sandy tau nggak tadi gue di ajak ngobrol sama Aisyah, dek-dekan
banget rasanya, gue enggak habis piker, bisa ngobrol sama cewek secantik dia”
ucap Kevin menghela-hlea nafas setelah berlari untuk mendatangiku di kantin Bu’
Suji. Kata-katanya tak sempat ku dengar. Karna suasana kantin yang ribut
membuat suara temanku satu ini samar-samar di telingaku.
Berjam-jam berlalu,
dengan jarak yang cukup jauh kami bersepeda
dari kampus menuju rumah kos, walau harus melewati bebatuan yang curam,
tapi kami puas telah bisa menghemat ongkos untuk pulang pergi,karna kami berdua
yang sama-sama dari keluarga sederhana harus membiayai kuliah sendiri apalagi
aku yang berstatus anak yatim-piatu.
Tiga bulan telah
berlalu. Suasana kampus yang kian ramai membuat mataku tak tau harus melihat
apa…perlahan ku cari sosok teman dekatku
itu, tapi, ia tak muncul, tempat yang biasa kami huni, kini sepi taka da dia,
dimanakah dia saat ini..? Mungknkinkah ia bersama Aisyah”?...
Dengan sepeda Buntutku, Ku cari temanku itu di tempat biasa aisyah
makan, namun yang ku lihat hanya aisyah dan teman-temannya, setelah lama ku
mencari akhirnya, kuputuskan untuk kembali ke kosku.
“Mas Sandy!... Mas
Sandy! Sahut Ibu Kosku… tadi Kevin di telpon oleh Keluarganya, kata mereka ibunya
sekarang sakit keras dan dirawat di rumah sakit Jakarta”.Jelas Ibu Kos. Dengan
mimic yang serius Innalillhi Wainna Ilaihi rojiun, semoga Ibunya lekas sembuh”.
Ucapaku dengan penuh harap.
Sebulan berlalu Kevin belum juga pulang, ku jalani liburan ku kali
ini ketempat rekreasi. Sendiri tanpa kehadirannya,tapi disisiku masih ada
teman-teman kosku dan Ibu Kosku yang baik kepadaku.
“Yuk” kita main
Komedi putar”. Ajak Noval pemandangan kota malang sungguh indah dari ketinggian
ini Aku bisa melihat apapun, aku merasa begitu beruntung bisa melihat keindahan
alam ini” dan dari kejauhan ini tiba-tiba mataku melihat sosok sering
diperbincangkan Kevin selama ini.
“Hai….!” Sapa ku dengan nafas yang sengal” Hai juga, kok bisa
disini?”. Tanya Aisyah penasaran, “biasa, bosan dikosan terus, jadi kami anak
kos beserta pemilik kos ngadain tour bersama” ujarku dengan senyum melebar.
Perlahan-lahan ku
dekati dia dank u pahami kata-katanya serta maksud dari ucapannya dan sekian
banyak obrolannya, kusimpulkan bahwa ia adalah wanita yang baik, yang ingin
berubah menjadi muslimah yang lebih baik, walaupun kelihatannya seperti wanita
yang gampangan tapi, tidak semua penampilan menunjukan identitas individu
tersebut, kadang-kadang ada orang yang berpakaian seperti seorang da’i,
bersorban dan bergamis, tapi ternyata ia mengaku menjadi Nabi setelah Nabi
Muhammad SAW, dan juga ada orang yang berpakaian compang-camping tetapi ia
selalu ingat dengan Allah dari sini teringat kembali akan nasehat guru agama ku
yang beliau sering berkata” Jangan melihat seseorang dari permulaannya dan
pertengahannya tapi lihatlah ia di akhirnya.
“Aku ingin berhijab Sand!”. Jelasnya dengan ekpresi
serius,”sebelumnya aku mau Tanya sama kamu, kamu tau nggak bedanya hijab dan
kerudung” tanyaku dengan wajah gembira”Nggak” dengan kepala bergoyang kearah
kanan kiri” Hijab itu adalah pakaian yang menutupi semua anggota tubuh wanita,
dengan syarat tidak menampakan bentuk tubuhnya yang sebenarnya dan hijab ini
biasanya lebar,
Sedangkan kerudung
itu adalah penutup kepala bagi wanita” jelasku dengan singkat dan padat ia
sudah setuju
Kini aisyah telah
berubah Sembilan puluh derajat menjadi wanita muslimah sejati dengan hijab dan
kerudung yang ia kenakan, menambah keberaniannya untuk ikut ke
pengajian-pengajian uang biasa di adakan, baik dikampus maupun di daerah ia
mengekos, dengan hal inilah ia memahami syariat islam.
Di sisi lain, ditempat Sandy mengekos tiba-tiba terdengar suara
seseorang yang taka sing dikos itu,” Sandy” teriak Novel dan Joko salleh satu
teman kos kami yang berlari menghampiriku” Mas-San…San…Sandi Mas Kevin sudah
pulang”, ujar joko dengan nafas tersengal-sengal dan suara terputus-[utus,tanpa
berkata-kata ku berlari menuju pagar kos.
Kehadiran dan
kepulangan Kevin pagi itu membuatku takut menyakitinya. Aku takut jika ia tau
jika ternyata aku juga mencintai Aisyah… tapi tak mungkin ku paksakan cinta
ini, lagi pula ia yang berhak bersama Aisyah bukan aku, lagi pula penyakit yang
ku derita tak menunjukan bisa tuk membahagiakannya.
Sebulan setelah kepulangan Kevin, Hari-hariku kini kembali seperti
semula tapi, yang berbeda hanyalah kendaraan yang kami naiki berbeda, aku tetap
dengan sepeda buntutku dan ia denga mobil barunya, yang diberikan oleh orang
tua angkatnya, semenjak Ibunya meninggal abahnya sakit-sakitan, hingga sang
Ayah menyusul ibu tercinta, Sungguh berat cobaan yang dia hadapi…Namun seetelah
kejadian itu pamannya yang memiliki pabrik batik, kini yang menanggung biaya
kuliahnya.
Walaupun demikian,
sikapnya padaku tetap tak berubah, ia masih seperti dulu, dengan senyumnya dan
motivasinya membuatku selalu bangkit.
“Semoga dengan
suratkecil ini, aku bisa menyampaikan yang sebenarnya, pada mereka berdua
dengan waktu ku yang tak lama lagi, semoga mereka bisamenjadi pasangan serasi,
Amin,,” tulisku disurat yang beramplop rapi.
Setelah mendekati
hari wisuda, aku yang mula-mula sehat, segar, bugar. Tiba-tiba menjadi
loyo,lalu terjatuh tak sadarkan diri.
“aku dimana? Tanyaku kepada salah satu teman kosku yang belum
diwisuda,”Kamu ada dirumah sakit sudarso malang!. Terang salah satu teman kos
ku itu,” Oh ya…Kevin tadi bilang minta maaf nggak bisa nemanin kamu, Insya
Allah setelah diwisuda, dia akan datang dengan Aisyah lanjut teman ku.
“Dalam perjalanan, menuju rumah sakit Sudarso Malang, setelah Kevin
dan Aisyah diwisuda, Mobil yang super cepat itu, tak sengaja, menabrak mobil
truk, lalu “bruk,bruk…”’Mobil yang
mereka gunakan berguling….Kevin terpental diluar mobil sedangkan aisyah
terperangkap didalamnya, melihat kejadian tersebut, orang-orang tank tinggal
diam, merekapun kini, dilarikan dirumah sakit Sudarso, tepat dimana Sandy
dirawat
“Dok, bagaimana
keadaan mereka berdua” Tanya Ibu Kos ku, yang baik itu”, Mereka berdua
mengalami cidera luka yang serius, yang laki-laki mengalami patah tulang
dibagian kakinya, sedangkan yang wanita mengalami kebutaan mata”, jelas dokter,
dengan ekspresi serius dan meyakinkan.
Dissi lain, dikamar Sandy Menginap, terdengar suara tangis yang
memenuhi ruangan itu,” Apa yang harus aku lakukan? Besok adalah hari terakhir
bagiku melihat mereka, aku harus berkorban, untuk kebahagian mereka, ya… aku
harus mendonorkan mataku untuk Aisyah,” ujar Ku,kepada Ibu Kosku,” tapi Bu’
sebelum itu aku ingin melihat mereka berdua.
Dengan tegar,
kutahan, ku usap, cucuran air mata yang membasahi pipiku, namun tetap tumpah
tak terbendun, hidungku yang semula putih, kini memerah, detak jantung yang
normal, tiba-tiba berdetak kencang.
Sesekali ku melihat
Kevin,lalu aisyah, menambah cinta dan rinduku kepada keduanya, Kevin sebagai
sahabt sejatiku, dan Aisyah sebagai impiank ku.
Operasi mata pun,
berhasil, kini Aisyah bisa melihat keindahan dunia yang fana ini, dengan
kebahagian di campur penasaran, ia bertanya” siapa yang mendonorkan mata untuk
ku Vin? Tanyanya penasaran, “apakah Sandy? Lanjut Aisyah takut, dengan satu
kali anggukan itu, membuat Aisyah spontan menangis sejadi jadinya, seakan-akan
ruangan itu adalah tempat curahan duka bagi Aisyah dan Kevin….
Dia menulis ini
untuk mu!” Ucap Kevin dengan tangan menjulur memegang amplop yang didalamnyya
surat Sandy tersimpan
“Kata demi kata Aisyah
pahami dengan hati yang gundah ia artikan kalimat perkalimat, dan diujung surat
itu tertulis, tulisan yang menuatnya perih tak terhingga.
“Mungkin, bukan aku
yang bisa membahagiakanmu tetapi dia, Ku Mohon bagaialah aku dengan pernikahan
kalian, aku serahkan cintaku serta aku titipkan engkau kepada teman terbaik ku,
semoga kalian berdua Bahagia.
Post a Comment
Post a Comment